Manusia memiliki masa kanak-kanak yang jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan kera besar, seperti simpanse dan gorila. Pada masa ini orang dewasa di sekitarnya, seperti orang tua, kakek-nenek, dan anggota keluarga lainnya berperan penting dalam perkembangan fisik dan kognitif anak-anak.
Masa pertumbuhan kanak-kanak yang panjang memberikan waktu lebih untuk dapat menguasai keterampilan sosial dan kognitif yang dibutuhkan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Dewasa ini, para ilmuwan menyatakan masa kanak-kanak yang panjang merupakan akibat dari otak manusia yang berkembang semakin besar. Namun, berdasarkan hasil penelitian terbaru, hipotesis ini perlu diperbaharui berdasarkan temuan gigi fosil yang ditemukan.
Proses Penelitian yang Butuh Waktu 18 TahunStudi ini dilakukan oleh gabungan peneliti dari Universitas Zurich (Swiss), ESRF, dan Museum Nasional Georgia (Georgia) yang menggunakan teknologi pencitraan sinkroton untuk mempelajari gigi fosil Homo awal yang ditemukan di situs Dmanisi, Georgia.
Diperkirakan fosil tersebut berusia sekitar 1,77 juta tahun. Kini studi ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature.
"Masa kanak-kanak dan kognisi tidak dapat menjadi fosil, jadi kami bergantung pada informasi tidak langsung. Gigi sangat ideal karena dapat terawetkan dengan baik dan memiliki struktur pertumbuhan yang mencatat perkembangan setiap harinya, seperti halnya cincin tahunan pada pohon," jelas peneliti dari Universitas Zurich dan penulis utama penelitian ini, Christoper Zollikofer.
Penelitian ini memakan waktu hampir 18 tahun, dimulai pada tahun 2005 dan dipublikasikan pada tahun 2023. Teknik pencitraan sinkrotron yang digunakan para ilmuwan membuat irisan mikroskopi virtual melalui gigi fosil dan memungkinkan mereka mengkaji secara detail pertumbuhan gigi secara akurat dari lahir hingga mati.
Baca juga: Ayam Dulu atau Telur Dulu? Begini Jawaban IlmuwanHasil penelitian menunjukkan individu Homo awal yang diteliti meninggal pada usia antara 11 hingga 12 tahun. Berdasarkan bukti data terlihat gigi bungsunya sudah tumbuh. Ini mirip dengan perkembangan pada kera besar, yang juga mengalami pertumbuhan serupa pada usia yang sama.
Namun, yang menarik adalah pola perkembangan gigi pada fosil ini menunjukkan kemiripan dengan manusia modern. Dengan gigi belakang tertinggal pertumbuhannya dibanding gigi depan selama lima tahun pertama perkembangan.
Hal ini menunjukkan anak-anak dari spesies Homo awal menggunakan gigi susu lebih lama daripada kera besar dan mereka bergantung pada dukungan orang dewasa untuk waktu yang lebih lama.
"Ini bisa menjadi eksperimen evolusi pertama tentang masa kanak-kanak yang lebih lama," kata Marcia Ponce de León dari Universitas Zurich, dikutip dari European Synchrotron Radiation Facility.
Hubungan Gigi Fosil dan Evolusi OtakPenelitian ini menggugat hipotesis "otak besar-masa kanak-kanak panjang" yang selama ini dipercaya. Pada individu Homo awal, otak mereka tidak jauh lebih besar dibandingkan kera besar atau Australopithecus.
Namun, mereka mungkin memiliki masa hidup yang lebih lama. Ini seperti yang ditunjukkan oleh temuan tengkorak individu tua di Dmanisi yang dapat bertahan tanpa gigi selama beberapa tahun terakhir hidupnya.
"Fakta bahwa individu yang sangat tua tersebut mampu bertahan hidup tanpa gigi selama beberapa tahun menunjukkan anggota kelompok lainnya merawatnya dengan baik," ujar David Lordkipadnize dari Museum Nasional Georgia.
Penelitian ini menyoroti pentingnya struktur sosial tiga generasi, di mana orang dewasa dan lansia membantu merawat anak-anak. Hal ini memungkinkan perpindahan pengetahuan antargenerasi yang berperan penting dalam perkembangan budaya manusia.
"Individu yang lebih tua adalah mereka yang memiliki pengalaman terbanyak. Kemungkinan besar mereka berperan penting dalam perkembangan budaya manusia," terang Lordkipandnize.
Baca juga: Mengapa Populasi Manusia di Bumi Lebih Banyak Daripada Hewan? Begini AlasannyaPerpanjangan Masa Kanak-Kanak Mendukung Evolusi OtakPenelitian ini memberikan hipotesis baru, bukan hanya peningkatan ukuran otak yang menyebabkan perlambatan perkembangan manusia. Namun, panjangnya masa kanak-kanak memungkinkan terjadinya transmisi budaya yang lebih efektif.
Semakin banyak informasi yang harus dihafal, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memprosesnya. Akibatnya, semakin lama masa kanak-kanak berlangsung. Proses ini akan meningkatkan kapasitas untuk belajar dan mengembangkan perilaku yang kompleks dan memberikan keuntungan evolusi dalam bertahan hidup.
Seiring dengan meningkatnya jumlah informasi yang perlu dipelajari, evolusi mendorong otak menjadi lebih besar dan masa dewasa menjadi lebih lambat. Hal ini memungkinkan manusia untuk belajar lebih banyak selama masa kanak-kanak dan mengembangkan otak yang lebih besar meskipun terdapat keterbatasan sumber daya makanan.
Video: Momen Rihanna Kewalahan Photoshoot Bareng Kedua Putranya