ChatGPT adalah salah satu contoh artificial intelligence (AI) yang kini banyak dipakai orang untuk membantu pekerjaannya. Penggunaannya bisa untuk membuat konten, menjawab pertanyaan, dan lain-lain.
Meski jawaban ChatGPT hampir mirip dengan buatan seseorang, tetapi informasi yang dihasilkan AI ini kerap tak akurat. Malah, ada beberapa darinya yang menyesatkan.
Sehingga, pengguna harus melakukan memastikan kembali kebenaran informasi yang disuguhkan. Agar tak repot, pakar AI dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Bagus Jati Santoso memberikan tips agar AI dapat memberikan jawaban yang akurat. Mau tahu? Simak selengkapnya!
Baca juga: Inovatif! Dosen ITB Buat AI untuk Prediksi Keruntuhan Bangunan Akibat GempaBaca juga: Wamendikti Stella Ungkap 3 Konsekuensi Jika Pelajar Ketergantungan ChatGPTTips Agar ChatGPT Memberikan Jawaban yang AkuratDalam keterangan resminya, Bagus mengingatkan bahwa pengguna ChatGPT tetap perlu validasi. Pengguna tak boleh 100 persen percaya dengan jawaban yang disajikannya.
"Pengguna harus mengkritisi apa pun luarannya generative AI. Barulah ketika kita berhasil mengkritisi generative AI, manfaatnya akan luar biasa, baik untuk membuat bahan ajar atau menyusun silabus bagi para dosen, mendukung proses penelitian para mahasiswa dan pelajar, dan banyak manfaat lainnya," kata Bagus dalam arsip detikEdu.
1. Belajar Literasi AIHal pertama yang perlu dimiliki oleh pengguna adalah literasi soal AI. Dengan begitu, pengguna tak akan dengan mudah percaya dengan isi jawaban ChatGPT.
"Literasi AI tidak hanya tentang memahami cara kerja teknologi, tetapi juga kemampuan untuk menilai kualitas informasi yang dihasilkan, termasuk melihat adanya kesalahan," tutur Bagus.
Jangan sampai seseorang tak paham prosedur penggunaannya sehingga hasil yang diinginkan malah tak berkualitas. Jika sudah paham literasi AI, maka seseorang bisa menggunakan ChatGPT untuk berbagai kebutuhan.
2. Berpikir KritisPemikiran manusia pun kerap dikritik oleh yang lain apalagi hasil ChatGPT. Sebagai pengguna yang bijak, detikers harus menanyakan kembali apakah isi jawaban ChatGPT masuk akal atau tidak.
Jika seseorang terus-menerus langsung percaya dengan jawaban AI ini, maka kemampuan dalam membuat keputusannya bisa menumpul. Meski menggunakan AI, tetapi seseorang harus tetap menggunakan pikirannya untuk mengkritisi jawaban.
"Generative AI ini hanya sebagai alat bantu, tetapi semua pihak harus memverifikasi, memvalidasi, dan memfinalisasi. Jadi tidak serta merta digunakan, masih banyak proses yang dilalui," kata ulusan National Taiwan University of Science and Technology itu.
3. Pakai Generative AI yang Sesuai KebutuhanTak hanya ChatGPT, alat AI kini sudah bermacam-macam. Masing-masing punya fungsi berbeda juga.
Jika detikers memerlukan bantuan merespon pertanyaan soal topik ringan maka bisa pilih ChatGPT. Jika memerlukan riset dasar untuk penelitian bisa mencoba Scite.
Bagus mengingatkan pemakan tools AI yang tepat akan memberikan hasil yang lebih efisien. Ia juga berpesan kepada anak muda untuk tetap menggunakan intelektualnya meskipun era AI ini semakin dominan.
"Misalnya, ingin hasil penelitian yang lebih mendalam dengan sitasi dari jurnal terbaru dan relevan, maka manfaatkan generative AI yang sesuai, sembari tetap didasari dengan literasi AI dan critical thinking. Karena lagi-lagi, generative AI adalah alat bantu, bukan menggantikan kemampuan intelektual manusia," pungkas Bagus.
Video: Mantap! ChatGPT Sudah Punya 300 Juta Pengguna Aktif